Kamis, 14 Oktober 2010

Dua Dunia

Penampilan seseorang kadang bisa menjebak kita. Orang yang sekilas terlihat kalem dan pendiam, tetapi kadang dia mempunyai hobbi atau profesi lain yang bertolak belakang alias sangat ekstrem. hal ini  sangant cocok dengan pepatah yang mengatakan “Jangan menilai sebuah buku dari sampulnya.”


Adalah pemuda kalem dan santun bernama Danar Sanjaya. Pria berkacamata ini sehari-hari bekerja sebagai operator di salah satu Stasiun Pengisihan Bahan Bakar untuk Umum atau SPBU di daerah Taman Tirto, Bantul, Yogyakarta. Hampir setiap jam kerja, hari-hari Danar dihabiskan untuk melayani pelanggan yang hendak mengisi bahan bakar untuk mobil atau motor. Sepintas pekerjaan yang dilakoni pria berkacamata minus ini tidak ada yang istimewa dan sangat monoton. Namun di balik pekerjaan Danar yang monoton dan rutinitas itu ternyata dia berprofesi sebagai pemain band. Tidak tanggung-tanggung di grup band ini Danar sebagai vokalis. Dan band ini beraliaran hardcord alias cadas.

Sementara itu di Surabaya ada Mama Bonita. Di setiap kesempatan acara ulang tahun anak-anak misalnya, Mama Bonita menghibur anak-anak itu sebagai badut. Dengan kostum dan make up yang berwarna – warni,  Mama Bonita selain membuat gerakan-gerakan yang lucu ia juga memainkan sulap. Mama Bonita mengaku sangat senang menjadi badut. Selain mendapatkan honor yang lumayan, ia juga bisa dekat dengan anak-anak. “Anak-anak itu sangat bergembira. Dan, saya sangat senang melihat ekspresi mereka yang gembira itu,”ujar Mama Bonita. Nah, tahukah Anda, di balik pakaian badut itu ternyata sehari-hari Mama Bonita adalah seorang perwira polisi. Ya,Mama Bonita adalah polisi berpangkat  Ajun Komisaris Polisi yang bertugas di Polda Jawa Timur.

Tiga pria masing-masing Deddyk Eryanto Nugroho, Justinus Irwin Ardyanto dan Wahyu Nugoroho adalah personel kelompok band yang berjuluk Bangkutaman. Band yang beraliran indie ini sudah mengeluarkan beberapa album dan sudah pentas di berbagai pertunjukkan. Namun dibalik  aktivitas bermusik, mereka mempunyai profesi bertolak belakang dengan kegiatan bermusiknya. Deddyk Eryanto Nugroho berprofesi sebagai pengacara, Justinus Irwin Ardyanto sebagai editor buku dan Wahyu Nugroho alias Acum sebagai wartawan majalah musik.


Rustamaji yang biasa dipanggil Kachong. Sudah hampir 15 tahun Kachong menjadi juru parkir di depan gedung SMU 6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Selain menjadi juru parkir, Rustamaji yang asal Madura, Jawa Timur ini juga menjadi pemulung. Ia mengumpulkan botol minuman plastik di jalan-jalan ke dalam karung. “Botol-botol plastik itu saya kumpulkan. Sekitar satu bulan nanti ada yang datang untuk membeli barang-barang yang saya kumpulkan,” kata Kachong memberi alasan.
Diluar dugaan, ternyata di balik profesi sebagai juru parkir dan pemulung Kachong adalah guru tari, teater dan pemain musik etnis. Pada hari-hari tertentu Kachong mengajar tari kepada beberapa orang yang berminat.
Cita-cita atau harapan  untuk menjadi seseorang memang suatu misteri yang kadang sangat sulit untuk diwujudkan. Tidak jarang untuk menuju suatu cita-cita seseorang harus melalui jalan yang berliku dan penuh rintangan. Untuk itu, jika Anda sudah mendapatkan isyarat di hati atau lentera jiwa, Anda bisa mengikutinya. (end)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar